Berikut Kisah Perjalan dan Karomah Imam Lapeo, Mampu Berkomunikasi Dengan Orang Mati

- 20 Maret 2024, 22:00 WIB
KH. Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Lapeo, adalah seorang wali termasyhur di Tanah Mandar Sulawesi Barat
KH. Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Lapeo, adalah seorang wali termasyhur di Tanah Mandar Sulawesi Barat /Foto/ Istimewa /LINTASSULBAR

Sedangkan ibunda Imam Lapeo bernama Siti Rajiah berasal dari keturunan hadat Tenggelang, sebuah wilayah yang saat ini berada di Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar.

Sebagaimana dalam silsilah keturunan yang paternalistik, silsilah keturunan Ibu kurang dikembangkan sehingga sampai saat ini, belum ada yang mencoba menggambarkan sepupu-sepupu Imam Lapeo dari garis Ibu.

Dalam kehidupannya, Imam Lapeo telah menikah sebanyak enam kali. Tiga dari perkawinan beliau tidak mendapatkan anak keturunan.

Imam Lapeo sukses dalam dakwahnya sehingga mereka bertaubat, dan inilah yang menjadi salah satu alasan nama masjidnya Masjid Jami At-Taubah Lapeo, kemudian dialihkan namanya masjid Nuruttaubah Lapeo.

Dalam menyebarkan agama Islam, berbagai cara yang ditempuh oleh Imam Lapoe, dimana ia menarik perhatian masyarakat atau orang di sekitarnya dalam mengajarkan agama. Secara bartahap beliau mengikuti kebudayaan-kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut.

KH. Muhammad Tahir, mengajak masyarakat sekitar membangun mesjid tetapi dalam kenyataannya tak semudah dibayangkan. Imam Lapeo harus berhadapan dengan maraknya perjudian, ramainya warga Mandar yang masih mabuk-mabukkan dengan minuman kebanggaannya adalah Manyang Pai' (Tuak).

Secara bertahap, masyarakat menghilangkan kebiasaan yang mereka lakukan. Bukan hanya dengan mengajak masyarakat di sekitarnya membangun masjid, tapi Imam Lapeo juga sering bertamu di rumah masyarakat jika sedang berjalan-jalan dan juga terkadang masyarakat mendatangi rumah beliau untuk meminta doa dan petunjuk jika ada masalah yang mereka hadapi atau mempunyai keinginan.

Beliau juga terkenal dengan sikap dermawannya, sampai-sampai beliau berhutang jika ada masyarakat yang memerlukan bantuan. Hal ini dituturkan oleh penulis sejarah Imam Al-Lapeo.

Dalam buku yang memuat tentang perjalanan hidup Imam Lapeo yang ditulis oleh cucunya sendiri bernama Syarifuddin Muhsin, ada 74 karama (kelebihan) dalam kisah hidup Imam Lapeo.

Sebagian di antaranya, menyelamatkan orang tenggelam, melerai perkelahian di Parabaya, menghentikan penyiksaan KNIL, jadi perlindungan Arajang Balanipa, berbicara dengan orang mati, menangkap ikan di laut tanpa kail, memendekkan kayu, menghardik jenazah, mengatasi pendoti-doti (guna-guna), sholat Jumat pada tiga tempat pada waktu bersamaan, menebang kayu dengan tangisan bayi.

Halaman:

Editor: Wahyuandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah