Network
LintasSulbar.com - Tindakan anarkis kepolisian terhadap peserta aksi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat (Sulbar) yang menyebabkan salah seorang Mahasiswa berdarah, lagi-lagi mendapat respon negatif dari organisasi kemahasiswaan. Pasalnya, tindakan represif itu dianggap mencederai nilai-nila demokrasi.
Bukan tanpa alasan, pada aksi unjuk rasa yang dilakukan Poros Rakyat Mamasa dan Forum Guru, Selasa 29 Agustus 2023 lalu, berujung ricuh hingga hidung salah satu peserta aksi berdarah. Bahkan dalam rekaman vidio, terlihat jelas beberapa mahasiswa juga mendapat pukulan dari pihak kepolisian.
Hal tersebut menuai kecaman, baik dari organisasi kemahasiswaan di seluruh kabupaten di Sulawesi Barat, bahkan beberapa organisasi yang berkedudukan di luar Sulawesi Barat. Mereka tidak menerima tindakan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap Mahasiswa saat menyampaikan pendapat di muka umum.
Baca Juga: Respon Insiden Kekerasan Terhadap Peserta Aksi di Mamasa, Azriel Pualillin: Propam Harus Bertindak
Kritikan dan kecaman pedas, datang dari Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Pitu Ulunna Salu (GEMA P.U.S) Makassar, Zul Bahri. Ia mengecam keras tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap massa aksi saat berdemo di depan Kantor Bupati Mamasa, Selasa 29 Agustus lalu.
Mestinya tindakan seperti itu tidak ada lagi, sebab sudah 78 Tahun Indonesia merdeka. Namun, mengapa aparat kepolisian masih saja melakukan tindakan-tindakan yang tidak memerdekakan masyarakat, apa yang dipertontonkan aparat kepolisian itu, sungguh jauh dari tugas mereka yang sesungguhnya yaitu mengayomi masayarakat.
Baca Juga: Mahasiswa di Mamasa Berdarah Diduga Dipukul Oknum Polisi Saat Demonstrasi, Aktivis GEMA P.U.S Geram
"Yang terjadi sekarang bukan lagi mengayomi tapi menjadi tembok bagi para pemangku kebijakan," kata Ketua Umum GEMA P.U.S, Zul Bahri, Kamis 31 Agustus 2023.
