Sederat Fakta Tentang KH Muhammad Tahir Imam Lapeo, Ulama Sufi Termasyhur di Tanah Mandar Sulbar

7 April 2024, 04:27 WIB
KH. Muhammad Tahir (Imam Lapeo) /Foto/ Istimewa/Wahyuandi

LINTASSULBAR.COM - KH. Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Lapeo, adalah seorang wali termasyhur di Tanah Mandar Sulawesi Barat. Beliau menguasai banyak cabang ilmu Islam seperti fiqh tasawwuf, hadits dan lain-lain. Di bawah bimbingan para ulama, khususnya dari Saadah Alawiyyin atau Ahlul bait Rasulullah SAW yang di Mandar, lebih dikenal dengan istilah Tuan Sayyid, yang diserap dalam bahasa Mandar menjadi Puang Sayyid, Syek Fath beliau yang utama adalah Al Habib As Sayyid Alwy bin Abdillah bin Sahl Jamalullail.

Dari beliaulah, KH Muhammad Tahir mengambil Ilmu dan Sanad Ilmu Tasawwuf, keturunan Habib Alwy Bin Sahl Jamalullail, banyak ditemukan di Sulawesi Barat hingga kini. Bahkan Habib Hasan putra dari Habib Alwy Bin Sahl menjadi Mufti di daerah Sulawesi saat itu, setelah menuntut Ilmu di Makkah Almukarromah selama 30 tahun.

Baca Juga: Berikut Kisah Perjalan dan Karomah Imam Lapeo, Mampu Berkomunikasi Dengan Orang Mati

Di kalangan orang Mandar, Imam Lapeo adalah sebuah nama yang sudah sangat populer bahkan dikenal sebagai "To Salama". Diperkuat lagi dengan karya peninggalannya yakni Masjid Imam Lapeo yang cukup megah, banyak dikunjungi dan disinggahi oleh masyarakat, Mesjid ini, berada tepat di poros provinsi, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat.

Kata " Tarekat" sangat akrab dengan sebuah perjalanan spiritual atau metode dalam menempuh perjalanan menuju Tuhan. Wali biasanya identik dengan sebuah Tarekat dalam menempuh jenjang perjalanan spiritual (maqam) menuju Tuhan yakni syariat, tarekat, hakikat dan ma’rifat. Sekaitan dengan itu, maka penulis pada tulisan ini, akan menjelaskan tentang tarekat apa yang sesungguhnya dianut oleh Imam Lapeo.

Baca Juga: 74 Karomah KH Muhammad Thahir Imam Lapeo, Tokoh Sufi Asal Tanah Mandar

Dalam berbagai literatur, banyak versi tentang tarekat yang dianut oleh Imam Lapeo. Salah satu referensi yang menyebutkan hal itu adalah buku karangan Zuhriah yang berjudul "Imam Lapeo Wali dari Mandar". Zuhriah merupakan cucu langsung dari Imam Lapeo, dari buku itulah lahir tulisan ini.

Dalam buku itu, telah disebutkan berbagai sumber tentang Tarekat yang dianut oleh KH. Muhammad Tahir Imam Lapeo, di antaranya adalah tarekat Naqsabandiyah, Khalwatiyah, Syaziliyah dan Muhammadiyah, serta ada pandangan yang mengatakan bahwa Imam Lapeo, tidak menganut salah satu tarekat yang disebutkan, akan tetapi sang Imam Menganut tarekat Sirr (rahasia).

Namun pandangan yang menyebutkan dan mengklaim, bahwa Imam Lapeo menganut tarekat tertentu. Menerut beberapa sumber salah satunya buku yang ditulis Zuhriah, tentang Imam Lapeo yang menganut Tarekat Naqsabandiyah, disampaikan oleh Arsyad bahwa keterkaitan sang Imam dengan Tarekat Naqsabandiyah adalah pada saat beliau melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu di Pulau Salemo, Pangkep Sulawesi Selatan dan Padang, Sumatra Barat.

Baca Juga: Masjid Tua di Mamuju Tengah, Jejak Syiar Islam KH. Muhammad Tahir Imam Lapeo

Dari dua tempat ini, diketahui bahwa beliau telah mengamalkan tarekat Naqsabandiyah. Selain itu, Van Bruinessen (1992), juga telah menullis bahwa Imam Lapeo pernah menjadi mursyid Tarekat Naqsabandiyah di Mandar.

Sementara mengenai tarekat Khalwatiyah (Zuhriah, 2020: 103), yang juga diklaim sebagai salah satu tarekat yang dianut oleh sang Imam, Kadir menjelaskan bahwa KH. Muhammad Thair yang dikenal dengan Imam Lapeo, telah dipercaya sebagai salah seorang mursyid tarekat Khalwatiyah, walaupun keterangan ini tidak terlalu lenap.

Syukranah salah seorang cucu Imam Lapeo (Zuhriah, 2020: 102), juga memiliki pandangan tentang kakenya itu, yakni beliau menjelaskan bahwa Imam Lapeo memang telah menganut salah satu Tarekat, hanya saja beliau tidak menjadikan prioritas dalam beribadah.

Baca Juga: Pj. Gubernur Sulbar Zudan Arif Fakrulloh Ziarah ke Makam Imam Lapeo Usai Safari Ramadan di Polewali Mandar

Hal tersebut, senada dengan apa yang ungkapkan oleh Abu Bakar, ia menjelaskan bahwa Imam Lapeo sesungguhnya banyak melakukan perjalanan mencari ilmu, berdiam, tafakkur dan tenang, sehingga beliau dekat dengan Allah.

Selain Tarekat Naqsabandiyah dan Khalwatiyah (Zuhriah, 2020: 104), juga disebutkan oleh beberapa sumber bahwa, Tarekat yang di anut oleh sang Imam adalah tarekat Syaziliah dan tarekat Muhammadiyah.

Hal ini, dijelaskan langsung oleh Syarifuddin Muhsin sebagai salah seorang cucu Imam Lapeo, bahwa Imam Lapeo menganut tarekat Syaziliyah dan Muhammadiyah. Menurut beliau, pandangan ini diperkuat oleh bentuk amalan zikir dan wirid yang dilakukan oleh Imam Lapeo di Masjid Imam Lapeo yang bersumber dari zikir dan wirid tarekat Syaziliyah.

Hal lain yang memperkuat Imam Lapeo menganut tarekat Syaziliyah termaktub dalam karya Mukhlis Latif yang berjudul "Sakralitas Imam Lapeo" di dalammya dijelaskan, Imam Lapeo menganut tarekat Syaziliyah dengan argumentasi, Imam Lapeo tidak mengajarkan tarekat Syaziliyah secara tertulis, karena Imam Lapeo mengadopsi prinsip Abu Hasan al-Syazili sebagai pendiri tarekat Syaziliyah yang mengatakan "Ilmu itu di dalam hati tidak dalam bentuk tulisan", sehingga sang Imam hanya mengajarkan doa dan wirid. (Mukhlis Latif: 110).

Pandangan lain (Zuhriah, 2020: 102-103), menyebut Imam Lapeo tidak menganut tarekat dari salah satu tarekat yang telah disebutkan yakni Naqsabandiyah, Khalwatiyah, Syaziliyah dan Muhammadiyah.

Namun, Imam Lapeo menganut Tarkat sirr (rahasia), bahkan gurunya saja tidak diketahui. Menurut sumber, Tarekat ini hanya diwariskan kepada salah seorang anaknya yang bernama Hj. Aisyah Thahir. Pandangan ini sepertinya didukung oleh Cak Nun yang mejelaskan bahwa Imam Lapeo tidak mungkin masuk dalam Tarekat, karena beliau memiliki kemampuan dalam mengolah potensi spiritual secara individu dalam menempuh perjalan menuju Allah.

Berdasarkan variatifnya, pandangan tentang Tarekat yang dianut oleh Imam Lapeo sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menunjukkan sang Imam sangat kaya dengan pengetahuan Tarekat dan semakin membuktikan kematangan Imam Lapeo dalam dunia Tarekat.

Bisa juga dipahami, kayanya Imam Lapeo dalam berbagai ilmu tarekat, menyebabkan beliau melahirkan suatu tarekat secara mandiri yang disebut tarekat sirr, atau sering disebut oleh masyarakat Mandar "Pakeanna Annangguru Imam Lapeo".

Kesimpulannya, Imam Lapeo telah melakukan perjalan dalam menuntut berbagai macam ilmu agama termasuk ilmu Tarekat. Namun berdasarkan referensi yang terekam, maka tarekat Syaziliyah merupakan tarekat yang diyakini lebih kuat dianut oleh Imam Lapeo, dengan melihat bentuk amalan zikir dan wirid yang praktekkan, serta prinsip Imam Lapeo yang diadopsi dari pendiri tarekat Syaziliah yaitu Abu Hasan al-Syazili yang mengatakan bahwa "Ilmu itu di dalam hati tidak dalam bentuk tulisan".

Kemudian, Imam Lapeo melahirkan tarekat secara individu yang disebut tarekat sirr atau sering disebut oleh murid-muridnya "Pekeanna Annangguru Imam Lapeo". Hal ini bisa terjadi, karena Imam Lapeo memiliki kemampuan dan kapasitas keilmuan dalam mengolah potensi spiritual secara individu, dalam menempuh perjalan menuju Allah, sehingga beliau mendapat gelar " To Salama" atau Wali dari Mandar.

Demikina perjalanan Ualama Sufi atau Wali termasyhur dari Tanah Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar), yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat.***

 

Editor: Wahyuandi

Tags

Terkini

Terpopuler